Mayoritas web designer dan web programmer di Indonesia (koreksi apabila saya salah) masih sangat tergantung pada software-software proprietary/shareware dalam mendesain dan merancang web. Daya beli masyarakat kita yang rendah pada akhirnya mendorong penggunaan software-software bajakan seperti Macromedia Dreamweaver, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Macromedia Flash dsb. 5 atau 4 tahun yang lalu mungkin akan sangat sulit untuk mencari aplikasi-aplikasi Open Source untuk menandingi software-software proprietary tersebut, tetapi seiring perkembangan OSS (Open Source Software) yang sangat pesat beberapa tahun belakangan seperti Inkscape, GIMP, Sodipodi, Eclipse, Quanta Plus dan belakangan ini Xara Xtreme merupakan isyarat bagi web designer dan web programmer untuk segera bermigrasi penuh ke OSS.



Dari pengalaman saya sendiri dalam membangun beberapa aplikasi berbasis web (yang saya juga bertindak sebagai designer interface-nya), ternyata tidak memerlukan waktu yang lama untuk membiasakan diri menggunakan OSS secara penuh dalam men-develop sebuah aplikasi berbasis web. Ketika saya menggunakan desktop Ubuntu linux pertama kalinya saya juga sempat bingung mau memakai software apa untuk mendesain interface aplikasi nantinya. Terima kasih kepada komunitas Open Source yang tidak kenal lelah telah menghasilkan software-software pengolah vektor seperti Inkscape dan XaraXtreme, serta untuk image editing, GIMP yang telah matang di versi ke 2 ini.



















2 Aplikasi web based yang saya bangun dengan Full OSS
Inkscape on Action





Untuk ilustrasi saya sudah terlanjur jatuh cinta pada inkscape (alhamdulillah telah tersedia untuk versi windows-nya) dan untuk editing image saya menggunakan GIMP versi 2.2.10. Kedua software tersebut apabila digabungkan penggunaannya ternyata cukup dahsyat dalam menghasilkan design mock-up web. Apalagi bila kita sudah faseh terhadap semua tools yang ada pada Inkscape dan GIMP (yang saya yakin baru memaksimalkannya paling-paling 10%). Intinya dalam menguasai sebuah software grafis adalah explorasi dan maksimalisasi tools yang ada. Bagi mereka yang terbiasa menggunakan photoshop mungkin akan sedikit sulit saat menggunakan GIMP, karena windowing system-nya yang terbilang cukup merepotkan, tetapi semua itu hanya butuh adaptasi saja (alah bisa karena biasa). Inkscape juga menawarkan perbedaan dibandingkan dengan aplikasi pengolah vektor lainnya, karena Inkscape menggunakan format SVG (Scalable Vector Graphics) sebagai format native-nya. Hal ini tentunya merupakan sebuah inovasi yang brilian, karena dengan built-in XML editornya kita bisa saja "menggambar dengan tidak menggambar". Apa maksudnya?? apabila kita telah terbiasa dengan spesifikasi XML SVG, maka bisa saja kita menggambar dengan menuliskan kode XML SVG saja dan langsung melihat hasilnya di Inkscape. Kekurangan dari Inkscape adalah pada Eksport-nya yang masih terbatas pada PNG saja (tetapi tidak terlalu menjadi masalah, karena hasilnya eksport-nya bisa kita eksport kembali dalam bentuk lainnya dengan menggunakan GIMP).



Untuk IDE (coding PHP dan HTML) di Linux, saya menggunakan Eclipse dengan ekstensi PHP-Eclipse. Eclipse merupakan IDE berbasis Java yang sangat populer dan sudah sangat matang serta masih terus dikembangkan hingga saat ini. Yang paling saya suka adalah fitur auto-completion-nya yang cukup lengkap (terutama kalau lagi lupa fungsi-fungsi PHP). Sebelum Eclipse saya pernah menggunakan Quanta Plus, tetapi karena Quanta didisain spesifik untuk desktop KDE (dimana banyak sekali library dependancies yang bikin saya malas), akhirnya saya menjatuhkan pilihan ke Eclipse yang fasilitasnya sudah sangat lengkap.



Jadi, Web Designer dan web programmer? Uninstall semua program web authoring bajakan anda dan migrasi penuh ke OSS!! I bet we can do it.